Wednesday, September 27, 2017

PENYAKIT TETANUS DAN GEJALANYA


symptom tetanus infections
Infeksi Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh gejala-gejala neurologik yaitu adanya spasme dan kenaikan tonus otot yang disebabkan oleh tetano spasmin yang dihasilkan oleh clostridium tetani. Clostridium tetani, merupakan kuman anaerob, berspora batang gram positif. Bakteri Clostridium tetani dapat hidup dan berkembang pada tanah, debu, kotoran hewan, dll. Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuha bakteri ini.

Kuman tersebut mengeluarkan eksotoksin yang bersifat tetano spasmin yang menyebar ke aliran darah/limfe sepanjang serabut saraf motoris, medulla spinalis dan saraf simpatis. Eksotoksin tersebut menghambat asetilkolin ujung saraf sehingga menimbulkan kejang.

Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum diimunisasi, orang yang diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi lengkap tetapi tidak memperoleh imunity yang cukup karena tidak melakukan booster secara berkala. 


Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Gejala penyakit tetanus ini berupa :

• Trismus (kaku pada rahang, sulit membuka rahang bawah)
• Rhesus sardonicus (muka seperti monyet meringis)
• Kaku kuduk (leher kaku, tidak bisa untuk mengangguk)
• Opistotonus (badan kaku seperti busur)
• Kaku perut
• Tubuh kejang
• Adanya luka di tempat masuknya kuman.

Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab kematian pada anak, terutama pada saat kehamilan dan kelahiran bayi, dikenal dengan Tetanus maternal. Tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan. Selain itu juga ada tetanus neonatal yang umum terjadi pada bayi usia ke – 3 dan 28.

Kedua tetanus tersebut, maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian paling sering pada bayi. Penyebabnya antara lain persalinan yang tidak baik dan penanganan tali pusar yang tidak steril.

Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya Pencegahan tetanus harus dilakukan rutin, diawali dengan imunisasi vaksin Tetanus Toxoid (TT) pada saat wanita mau menikah, saat hamil dan setelah melahirkan. Dilanjutkan dengan imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT3) pada bayi dan vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Toxoid (TT) pada anak usia sekolah dasar.

Imunisasi TT pada anak usia sekolah memegang peranan penting untuk memberi perlindungan jangka panjang terhadap tetanus. Bila mendapat imunisasi lengkap mulai bayi (tiga dosis DPT) dan usia sekolah (satu dosis DT, dan dua dosis TT/Td) maka kekebalan yang timbul dapat bertahan hingga dua puluh lima tahun dari imunisasi terakhir. Sehingga imunisasi anak sekolah merupakan salah satu cara/metoda handal untuk mengeliminasi tetanus maternal dan neonatal.

Pengobatan dilakukan dengan pemberian immuniglobulin tetanus untuk menetralisir racun. Antibiotik tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut, supaya racun yang ada mati. 
 Obat lain bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang, mengendurkan otot-otot, mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung.

Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang. Untuk infeksi menengah sampai berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernafasan. 
Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastrik. Untuk membuang kotoran, dipasang kateter. 

Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Perawatan pasien ini mungkin melibatkan berbagai bidang kedokteran, misalnya penyakit dalam, bedah, gigi, dan THT. Penyakit ini bisa sembuh dan tidak meninggalkan cacat. Akan tetapi pada kondisi berat karena terlambat penanganan atau kondisi bencana dan perang, angka kematian mencapai 80-90%. 
Semoga bermanfaat. (SOS)


Sumber: Health Tekhnologi Assesment, DepKes RI 2008

0 komentar:

Post a Comment